Peranan Deorub .......Disampaikan pada Kegiatan Pertemuan Peningkatan Mutu Karet di Sumatera Selatan, Hotel Swarna Dwipa Tanggal 15 Juli 2010

PERANAN DEORUB SEBAGAI KOAGULAN YANG RAMAH LINGKUNGAN MENJELANG "SUMATERA SELATAN GEMILANG 2013"
DENGAN PRODUKSI SATU JUTA TON

Oleh

M. Solichin, Daud Husni Bastari dan Noerdy Tedjaputra

Ringkasan

Karet alam merupakan elastomer yang ramah lingkungan karena pohon karet dapat menyerap karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2), sehingga dapat menjadi penghambat pemanasan global. Sumatera Selatan mempunyai potensi dan peluang yang besar sebagai provinsi penghasil karet petani terbesar di Indonesia dan bahkan mungkin di Dunia karena kecocokan iklim, lingkungan dan dukungan dari masyarakatnya.
Ekspor karet alam produksi petani dari Sumatera Selatan pada tahun 2009 adalah sebanyak + 700 ribu ton dari luas areal sebanyak 1 juta hektar dengan menghasilkan devisa lebih dari 1,5 milyar US $. Sejak 5 tahun yang lalu telah terjadi peningkatan ekspor karet alam antara 50 ribu ton per tahun dari 600 ribu ton menjadi 700 ribu ton per tahun dan peningkatan jumlah pabrik crumb rubber dari 20 menjadi 24 buah (Gapkindo, Sumsel, 2009). Data ini menunjukkan bahwa telah terjadi kemitraan yang baik antara petani karet sebagai penghasil bokar dan pabrik crumb rubber sebagai pengolah dan penjual ke luar negeri. Kemudian   diharapkan dengan adanya tanaman baru dan peremajaan menggunakan klon-klon unggul, serta pemeliharaan tanaman (pemupukan) yang baik, maka pada tahun 2013 akan dapat dicapai produksi sebanyak 1.000.000 (satu juta) ton dari kebun petani/karet rakyat per tahun, jika produktifitas dapat ditingkatkan menjadi 1000-1500 kg/ha/tahun. Oleh karena itu, sesungguhnya petani karet merupakan tulang punggung dari produksi dan ekspor karet alam di Sumatera Selatan.  
Masalah yang masih dihadapi pada saat ini adalah petani karet kurang peduli dengan mutu karet yang diharapkan oleh dunia pada umumnya dan khususnya pembeli (pabrik ban) yaitu masalah lingkungan yang berkaitan dengan kebersihan dan kontaminasi. Masalah lingkungan yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat adalah bau menyengat yang berasal dari pabrik crumb rubber. Bau menyengat ini disebabkan pemecahan protein dalam bokar oleh bakteri menjadi asam amino dan sulfida. Bakteri berkembang disebabkan bokar yang dihasilkan oleh petani digumpalkan dengan koagulan yang tidak direkomendasikan, direndam, atau dikotori dengan berbagai jenis kotoran. Pada masa sekarang dan mendatang, jika bau yang ditimbulkan tidak dapat diatasi, maka pabrik crumb rubber akan mendapatkan tekanan yang berat dari masyarakat di lingkungan sekitarnya yang terganggu dengan bau tersebut.  Pemecahan dengan cara membangun pabrik baru di lokasi yang berjauhan dari rumah penduduk bukan solusi yang menyelesaikan bila pokok masalah tidak terpecahkan yaitu menjaga kebersihan dan mencegah berkembangnya bakteri.
Masalah bau menyengat ini akan dapat diatasi dengan menggunakan penggumpal yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri di dalam bokar atau menetralkan (mengurangi) bau yang telah terjadi sejak dari kebun petani.
Jenis penggumpal yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan menetralkan bau karet adalah asap cair yang telah diproduksi secara masal dengan merk dagang “Deorub”. Deorub adalah cairan berwarna cokelat, pH antara 2,5 – 3,0, berbau asap, tidak berbahaya bagi manusia, dan mengandung 67 jenis senyawa. Hasil pengujian dari 67 jenis senyawa tersebut adalah terdiri dari 18 jenis fenol, 5 jenis asam, 3  jenis karbonil, 6 jenis furan, 5 jenis siklopenten, 5 jenis senyawa siklopenten, 3 jenis senyawa benzene,  dan 27 senyawa-senyawa lain seperti butena, bisiklo, borane, dan lain-lain (PSB, 2003). Dengan adanya 67 jenis senyawa-senyawa tersebut, maka Deorub dapat berfungsi sebagai koagulan, antibakteri (pengawet), antijamur, anti serangga, antioksidan, memberikan warna cokelat dan bau asap. Adanya zat antibakteri (fenol) akan mencegah pertumbuhan bakteri dalam bokar sehingga tidak timbul bau busuk sejak dari kebun, zat antioksidan akan mempertahankan dan meningkatkan nilai PRI dalam karet, bau asap akan menetralkan bau busuk bokar dan senyawa-senyawa yang mudah menguap akan mempercepat proses penguapan air dari dalam bokar (efek “syneresis”). Dari pengamatan terhadap beberapa pabrik anggota GAPKINDO yang telah mencoba Deorub sebagai pengurang bau di lingkungan pabrik (penyemprotan Deorub pada gudang bahan baku, blanket, kamar gantung angin, trolley dan scrubber), menunjukan hasil yang dicapai cukup menggembirakan, dimana bau busuk yang menyengat mampu diredam oleh bau Deorub.
Untuk mempercepat penggumpalan lateks di kebun petani, telah dikembangkan formula Deorub K dan Deorub SOP (new formula). Kedua formula tersebut (Deorub K dan SOP) ditujukan untuk menurunkan pH Deorub murni dari 2,5 -  3,0 menjadi 0,5 - 1,0 dengan penambahan asam organik. Keunggulan Deorub SOP dibandingkan dengan Deorub K, adalah lebih tinggi zat antioksidannya dan sudah dikemas dalam plastik tebal volume 2 liter sehingga lebih praktis dan mudah dalam pengangkutan dan penjualan ke lokasi petani. Deorub disebut sebagai koagulan yang ramah lingkungan karena tidak berbahaya bagi manusia, tidak merusak pohon karet, mencegah atau menetralkan bau busuk karet, dan bahkan dapat mengusir/mencegah gigitan nyamuk ketika dioleskan ke tubuh/badan penyadap.    
Deorub merupakan hasil kerjasama penelitian antara Balai Penelitian Sembawa-Pusat Penelitian Karet dengan PT Badja Baru, yang telah diproduksi oleh  PT Global Deorub Industry (GDI), anak perusahaan PT Badja Baru. Deorub diproduksi dari cangkang (tempurung) kelapa sawit dengan proses pirolisis (tanpa penambahan bahan kimia) dengan kapasitas produksi antara 200 – 250 ton per bulan.  PT GDI telah diresmikan  (“launching”) oleh bapak Walikota Palembang (Ir. H. Eddy Santana Putra, MM) pada tanggal 9 Maret 2004. Penjualan Deorub dalam negeri dari tahun 2005 s/d Maret 2009 adalah sebanyak 5125 ton dengan nilai Rp. 17,57 milyar, dan ekspor  ke luar negeri seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Brazil dan Cameron sebanyak 266 ton  dengan nilai US $ 103340. Dalam bulan Mei dan Juni 2010 telah dikirim Deorub murni dan Deorub SOP ke Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, masing-masing  sebanyak 208 ton (13 kontainer @ 16 ton) dan 32 ton (2 kontainer @ 16 ton). Dinas Perkebunan provinsi Kalimantan Selatan telah mendapat bantuan dari Ditjenbun Pusat  untuk membangun 54 kios di sentra-sentra produksi karet. Hal ini akan memudahkan petani mendapat segala keperluannya bagi tanaman karetnya, termasuk distribusi Deorub lebih mudah dan merata. Adanya kios-kios ini menunjukkan bahwa dukungan dan keterpaduan dari pemerintah (birokrat), pengusaha dan kelompok-kelompok tani akan menghasilkan sinergi yang luar biasa bagi pengembangan karet rakyat dari segi produksi dan mutu karet.
Jika pada tahun 2013 dapat dicapai produksi karet petani sebanyak satu juta ton per tahun di Sumatera Selatan maka akan diperlukan bahan penggumpal sebanyak 5 sampai 10 juta liter per tahun (@ 5 – 10 ml/kg KK) atau 417 ton sampai 500 ton per bulan. Oleh karena itu keberadaan Deorub sebagai salah satu bahan penggumpal yang direkomendasikan oleh Balai Penelitian Sembawa adalah merupakan produk asli Sumatera Selatan (“asli produk wong kito”) akan menjadi harapan bagi perbaikan lingkungan dan mutu karet petani kita untuk dapat bersaing dengan negara lain pada saat ini dan dimasa yang akan datang. Deorub ini telah mendapat paten dari dalam negeri dengan nomor paten: ID 0019198 tanggal 27 April 2007 dan luar negeri yaitu Malaysia nomor paten: MY-128962-A, tanggal 30 Maret 2007, serta sudah pemeriksaan subtantif di Thailand nomor: 081825 tanggal 21 April 2003 dan Vietnam no: 1-2003-00401 tanggal 5 Mei 2003. Penghargaan yang telah diterima oleh PT Global Deorub Industry adalah 1) Perintis Lingkungan dari Gubernur Sumatera Selatan pada Juni 2005, 2) Anugerah Produk Asli Indonesia oleh Harian Bisnis Indonesia pada Desember 2008 dan 3) Penghargaan Rintisan Teknologi Industri oleh Departemen Perindustrian yang disampaikan langsung oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 28 Desember 2009 di Istana Negara.